Blog Yang Dapat Memberikan Info-info Penting Mengenai Suku Batak

Tarian Adat Batak Toba

Dalam bahasa Batak, tari disebut Tortor. Suku Batak Toba berasal dari Kabupaten Samosir di sekitar kawasan Danau Toba. Suku Batak memiliki tarian yang amat beragam dan juga memiliki fungsinya masing-masing.

Seorang tokoh seni Togarma Naibaho (pendiri sanggar seni Tortor) menjelaskan, kata "Tortor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang yang juga berirama mengentak. Adapun tujuan tarian Tortor ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui. Tari Tortor pun memiliki tiga pesan utama. Pesan pertama adalah menunjukkan rasa takut dan taat pada Tuhan, sebelum tari dimulai harus ada musik persembahan pada Yang Maha Esa. Kemudian dilanjutkan pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir, pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Barulah dilanjutkan ke tema apa dalam upacara itu.

Menurut sejarah, tari Tortor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu yang merupakan simbol leluhur. Patung-patung tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki jinjit-jinjit dan gerakan tangan.

Sejak sekitar abad ke-13 Tari Tortor sudah menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tortor. Dulunya, tradisi Tortor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Namun setelah masuknya Kristen di kawasan Silindung, budaya ini dikenal dengan budaya menyanyi dan tarian modern. Dikawasan Pahae dikenal dengan tarian gembira dan lagu berpantun yang disebut Tumba atau juga biasa disebut Pahae Do Mula Ni Tumba.

Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual ataupun dalam upacara adat, seperti acara pernikahan.

Tortor Batak Toba adalah jenis tarian Purba dari Batak Toba. Secara fisik Tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan Tor-tor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara. Sedangkan, musik tradisi masyarakat Batak Toba ialah Gondang. Gondang Batak Toba merupakan musik esembel. Tortor dan musik Gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Tortor disajikan dengan musik Gondang, dan musik Gondang dimainkan dengan dipadu tarian Tortor. Ketika musik Gondang dan Tari Tortor bergabung disebut juga Margondang. Sekarang, Margondang digunakan ketika pesta, acara adat, dan acara religi.

Tortor dan musik Gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakan Tua Ni Gondang, sehingga berkat dari Gondang Sabangunan.

Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari Hasuhutan (Yang mempunyai hajat akan meminta permintaan kepada penabuh gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut: "Amang Pardoal Pargonci" :

   1. "Alualuhon ma jolo tu ompungta Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa na adong, na
        jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion".
   2. "Alualuhon ma muse tu sumangot ni ompungta sijolojolo tubu, sumangot ni ompungta paisada,
        ompungta paidua, sahat tu papituhon".
   3. "Alualuhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo".

Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah permintaan/ seruan tersebut dilaksanakan dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur susunan tempat berdirinya untuk memulai menari.

Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu perdukunan atau adu pencak silat (monsak) atau adu tenaga batin dan lain-lain.

Berikut ini 4 macam jenis tari Tortor yang merupakan tarian tradisional Suku Batak Toba dari Sumatera Utara:

1. Tari Tortor Sawan Pangurason (Tari Pembersihan)

      Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta
    terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.


2. Tari Tortor Somba

      Tortor Somba adalah tari Tortor untuk menghormati Tuhan Yang Maha Kuasa, Raja serta para
    undangan agar mendapat berkat dan restu dari Tuhan Yang Maha Kuasa dalam bekerja.



3. Tari Tortor Tunggal Panaluan


      Tortor Tunggal Panaluan adalah tari Tortor yang sangat sakral bagi orang Batak. Karena menurut
    orang Batak, tari Tortor Tunggal Panaluan ini merupakan media manusia dengan Mulajadi Nabolon
    (Yang Maha Kuasa).

      Tortor Tunggal Panaluan dilaksanakan seorang dukun (Datu Bolon) atas perintah Sang Raja
    dengan tujuan untuk menolak bala, meminta atau menolak hujan, mengangkat pemimpin atau
    seorang raja, membentuk kampung baru atau mengambil keputusan untuk berperang. Sebab tongkat
    Tunggal Panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua Atas, Benua Tengah dan
    Benua Bawah.


4. Tari Tortor Sipitu Sawan (Tari Tujuh Cawan)


      Tortor Sipitu Sawan adalah Tari Tortor yang menceritakan ketika Mula Jadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Kuasa) pertama kali menurunkan orang Batak di Pusuk Buhit dan kembali menurunkan 7 (Tujuh) bidadari di Pusuk Buhit sambil menari dengan tujuh sawan yang berisi air dari 7 sumber mata air dan diperas dengan jeruk purut bertujuan membersihkan manusia yang sudah berbuat dosa agar hidup damai, rukun dan saling menghormati. Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya Piso Sipitu Sasarung (Pisau Tujuh Sarung).








Batak | Cerita Batak | Sejarah Batak | Batak Pakpak | Batak Toba | Batak Karo | Batak Mandailing | Batak Simalungun | Batak Angkola | Sejarah Batak | Lagu Batak | Perkawinan Batak | Pernikahan Batak | Adat Batak | Tentang Batak | Foto Batak | Tarian Batak | Pakaian Batak | Ulos Batak | Artikel Batak | Kami Batak

Tidak ada komentar

close
Agen Poker Online Terpercaya Di Indonesia