Tradisi Batak Pakpak Terlengkap
Adat Istiadat dan Budaya
Masyarakat Pakpak mengenai hubungan Peradatan "Sulang Silima" yang agak mirip dengan "Dalihan Natolu" dalam masyarakat Toba dan "Sangkep Enggelo/ Rakut Sitellu"dalam masyarakat Karo.
Adapun unsur Sulang Silima itu adalah :
- Sukkut
- Dengan sebeltek Si kaka-en (saudara sekandung yang lebih tua)
- Dengan sebeltek Si kedek-en (saudara sekandung yang lebih muda)
- Kula-kula / Puang (kelompok pihak pengantin perempuan)
- Berru (kelompok pihak pengantin laki-laki)
1. Kerja Njahat (Upacara Dukacita)
Misalnya Upacara Kematian (Males bulung simbernaik, males bulung buluh, males bulung
sampula), Upacara Mengangkat Tulang Belulang (Mengokal tulan) dan Upacara Membakar
Tulang Belulang (Menutung Tulan).
2. Kerja Baik (Upacara Sukacita)
Misalnya Upacara Kehamilan (Memerre nakan pagit), Upacara Kelahiran (Mangan balbal dan
mengakeni), Upacara Masa Anak-Anak (Mengebat, Mergosting), Upacara Masa Remaja (Mertakil/
sunat, pendidien/ baptis, meluah/ naik sidi), Upacara Masa Dewasa, Upacara Perkawinan
(Merbayo) dan Upacara Memberi Makan Orang Tua (Menerbeb).
3. Upacara-Upacara Lain
Misalnya Upacara Mendegger Uruk, Upacara Merintis Lahan (Menoto), Upacara Memepuh Babah
atau Merkottas, Upacara Pembakaran Lahan (Menghabani), Upacara Menjelang Penanaman Padi
(Menanda Tahun), Upacara Mengusir Hama (Mengkuda-kudai), Upacara Syukuran Panen
(Memerre Kembaen).
Bentuk Perkawinan Dalam Masyarakat Pakpak :
Pemberian Mas Kawin Di Adat Batak Pakpak |
Penerimaan Mas Kawin di Acara Pernikahan Adat Pakpak |
Daun Pandan Di Simpulkan |
1. Sitari-tari (Merbayo atau Sinima-nima), merupakan bentuk yang dianggap paling baik atau ideal
karena hak dan kewajiban pengantin laki-laki dan perempuan telah terpenuhi.
Dalam Merbayo (Upacara Perkawinan) dikenal beberapa tahapan, yaitu:
- Mengirit/ Mengindangi (Meminang)
- Mengirit/ Mengindangi (Meminang)
Artinya seorang pemuda dan kerabatnya terlebih dahulu meneliti seorang gadis yang mau
dinikahi. Mangindangi berasal dari kata indang yang artinya disaksikan atau dilihat secara
langsung bagaimana watak atau kepribadian atau sifat-sifat si gadis.
- Mersiberen Tanda Burju (Tukar Cincin)
Tahap ini peranan pihak ketiga tetap penting dari pihak si gadis sebagai saksinya adalah bibinya
sedangkan dari pihak laki-laki adalah sini nana (satu marga). Pada saat pertukaran cincin
dilakukan petukaran barang (cincin, kain dan lain-lain) kadang-kadang diakhiri dengan membuat
ikrar atau janji yang disebut merbulaban.
Kemudian salah satu pengetuai (saksi) mengucapkan kata-kata 'kongpe uratni buluh, kongen
deng urat ni teladan, kong pe katani hukum kongen deng kata ni padan' artinya walaupun hukum
memiliki kekuatan namun lebih kuat lagi perjanjian.
Tahap ini peranan pihak ketiga tetap penting dari pihak si gadis sebagai saksinya adalah bibinya
sedangkan dari pihak laki-laki adalah sini nana (satu marga). Pada saat pertukaran cincin
dilakukan petukaran barang (cincin, kain dan lain-lain) kadang-kadang diakhiri dengan membuat
ikrar atau janji yang disebut merbulaban.
Kemudian salah satu pengetuai (saksi) mengucapkan kata-kata 'kongpe uratni buluh, kongen
deng urat ni teladan, kong pe katani hukum kongen deng kata ni padan' artinya walaupun hukum
memiliki kekuatan namun lebih kuat lagi perjanjian.
- Mengkata Utang/ Menglolo (Menentukan Mas Kawin)
Tim yang datang untuk Menglolo atau mengkata utang yang berangkat terlebih dahulu orang tua
si calon pengantin perempuan mengundang keluarga dekat untuk menyampaikan akan datangnya
tim pengkata utang dari calon pengantin laki-laki mereka yang berkumpul terdiri dari berru
mbelen, sinina dan para perkaing (yang berhak menerima mas kawin) dan menjelaskan kepada
kerabatnya apa-apa yang perlu dimintakan sebagai mas kawin pada saat itu juga ditunjuk seorang
juru bicara persinabul dari pihak perempuan dan sebagai tanda keseriusan kepadanya diberikan
beras dan seekor ayam yang ditunjuk biasanya adalah dari kerabat semarganya yang paham akan
adat.
- Muat Nakan Peradupen
Muat Nakan Peradupen ini dilakukan setelah diketahui hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh kerabat calon pengantin laki-laki, setelah pelaksanaan mengkata utang caranya dengan
mengundang kerabat dekat khususnya kelompok perempuan untuk berkumpul melakukan
perundingan.
Kegiatan ini dipimpin oleh seorang persinabul yang ditunjuk oleh sukut. Setelah acara makan
bersama selesai maka juru bicara akan memimpin dengan memberitahukan tujuan undangan
tersebut yakni telah ada kesepakatan antara kerabat calon pengantin perempuan dan kerabat calon
laki-laki saat mengkata utang.
- Tangis Beru Sijahe
Sehari setelah delegasi pihak laki-laki pulang, maka ibu sang calon pengantin memberikan
makanan kepada anak gadisnya secara khusus dengan memotong seekor ayam. Makanan ini
disebut nakan panjalan atau nakan pangendotangis. Nakan panjalon artinya mas kawin dari calon
menantu laki-lakinya telah diterima, kiranya gadis menerima keputusan tersebut dengan rela dan
sengan hati.
Pada waktu menyerahkan makanan tersebut ibu si gadis berkata :
"Enmo beru kubereken komengan, imo nakan penjalon, enggoh kujalo kami tokormu, bai kalak
simerkeleng ate bamu, asa mangan mono kono" artinya inilah putriku kuberikan kamu makan,
sebagai bukti bahwa kami telah menerima kas kawinmu dari orang yang mencintaimu, untuk itu
makanlah.
Pada saat menyerahkan makanan tersebut si ibu langsung menangis dengan syair : ternyata
inilah makanan perpisahan, ibu berikan kepada anakku, tertawalah putriku ini ibumu, lebih baik
rupanya ibu orang lain yang kamu bantu, sehingga kamu menerima pinangan orang lain.
Tim yang datang untuk Menglolo atau mengkata utang yang berangkat terlebih dahulu orang tua
si calon pengantin perempuan mengundang keluarga dekat untuk menyampaikan akan datangnya
tim pengkata utang dari calon pengantin laki-laki mereka yang berkumpul terdiri dari berru
mbelen, sinina dan para perkaing (yang berhak menerima mas kawin) dan menjelaskan kepada
kerabatnya apa-apa yang perlu dimintakan sebagai mas kawin pada saat itu juga ditunjuk seorang
juru bicara persinabul dari pihak perempuan dan sebagai tanda keseriusan kepadanya diberikan
beras dan seekor ayam yang ditunjuk biasanya adalah dari kerabat semarganya yang paham akan
adat.
- Muat Nakan Peradupen
Muat Nakan Peradupen ini dilakukan setelah diketahui hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh kerabat calon pengantin laki-laki, setelah pelaksanaan mengkata utang caranya dengan
mengundang kerabat dekat khususnya kelompok perempuan untuk berkumpul melakukan
perundingan.
Kegiatan ini dipimpin oleh seorang persinabul yang ditunjuk oleh sukut. Setelah acara makan
bersama selesai maka juru bicara akan memimpin dengan memberitahukan tujuan undangan
tersebut yakni telah ada kesepakatan antara kerabat calon pengantin perempuan dan kerabat calon
laki-laki saat mengkata utang.
- Tangis Beru Sijahe
Sehari setelah delegasi pihak laki-laki pulang, maka ibu sang calon pengantin memberikan
makanan kepada anak gadisnya secara khusus dengan memotong seekor ayam. Makanan ini
disebut nakan panjalan atau nakan pangendotangis. Nakan panjalon artinya mas kawin dari calon
menantu laki-lakinya telah diterima, kiranya gadis menerima keputusan tersebut dengan rela dan
sengan hati.
Pada waktu menyerahkan makanan tersebut ibu si gadis berkata :
"Enmo beru kubereken komengan, imo nakan penjalon, enggoh kujalo kami tokormu, bai kalak
simerkeleng ate bamu, asa mangan mono kono" artinya inilah putriku kuberikan kamu makan,
sebagai bukti bahwa kami telah menerima kas kawinmu dari orang yang mencintaimu, untuk itu
makanlah.
Pada saat menyerahkan makanan tersebut si ibu langsung menangis dengan syair : ternyata
inilah makanan perpisahan, ibu berikan kepada anakku, tertawalah putriku ini ibumu, lebih baik
rupanya ibu orang lain yang kamu bantu, sehingga kamu menerima pinangan orang lain.
- Merbayo (Pesta Peresmian)
Upacara Merbayo umumnya dilaksanakan dirumah atau di kediaman orang tua calon pengantin
perempuan dan itulah yang ideal menurut adat Pakpak.
Setelah tiba hari yang ditentukan para kerabat laki-laki berangkat ke rumah pengantin
perempuan. Setiba di halaman, pihak penganti perempuan berdiri di depan pintu, dari pengantin
perempuan berdiri paling depan sambil menjunjung pinggan berisi beras yang dialas dengan
sumpit kemudian parsinabul dari pihak pengantin perempuan memandu acara dihalaman
menjelang memasuki rumah orang tua pengantin perempuan.
Selanjutnya, pihak beru pengantin laki-laki menyerahkan oleh-oleh yaitu makanan yang disebut
nakan luah.
Kemudian pihak pengantin perempuan menyerahkan makanan ringan berupa pinahpah, tepung
beras atau nditak, piasang dan tebu. Acara ini disebut merdohom.
Setelah itu dilakukan bagi yang beragam islam pemberkatan akad nikah sebelum acara makan
bersama dan acara adat dilaksanakan. Selanjutnya membicarakan mas kawin.
Pertama diselesaikan dalah mas kawin untuk sukkut selanjutnya kepada pihak-pihak lain seperti
disebut terdahulu. Sebelum menerima mas kawin orang tua pengantin laki-laki telah menyediakan
minuman yang di ramu di dalam cawan yang terdiri dari air beras dan asam jeruk nipis.
Kemudian diminumkan beserta keluarga dekat sambil berkata "minumlah kiranya sembuhlah
segala yang sakit, sakit hati, sakit mendenyut. Selanjutnya sebelum menerima mas kawin secara
bergilir semua pihak pangantin perempuan terlebih dahulu menyerahkan adatnya yang disebut
penjukuti (Hewan ternak, beras, kembal, tikar, sumpit, ditak, pinahpah, lemang, tebu, dan pisang).
Hal biasa yang dilakukan orang tua pengantin perempuan sebelum menerima mas kawin adalah
dengan mengajukan permintaan khusus ibu pengantin perempuan yang disebut dengan gedo
gedo. Biasanya gedo-gedo ini berupa emas dan berapa besarnya tergantung kepada pihak orang
tua laki-laki dan proses tawar-menawar. Pada saat menerima mas kawin, si ibu pengantin
perempuan berdiri sambil mengucapkan kata-kata : "enmo tuhu enggo kujalo tokor berungku, asa
ndates moberita kelangku deket berungku, meranak merberu beak gabe, ncayur tua" (inilah sudah
kuterima mas kawin putriku kiranya makin dikenal mayarakatlah kabar menantu dan putriku
lahirlah anak laki-laki dan perempuan, terpandang dan berumur panjang).
Upacara Merbayo umumnya dilaksanakan dirumah atau di kediaman orang tua calon pengantin
perempuan dan itulah yang ideal menurut adat Pakpak.
Setelah tiba hari yang ditentukan para kerabat laki-laki berangkat ke rumah pengantin
perempuan. Setiba di halaman, pihak penganti perempuan berdiri di depan pintu, dari pengantin
perempuan berdiri paling depan sambil menjunjung pinggan berisi beras yang dialas dengan
sumpit kemudian parsinabul dari pihak pengantin perempuan memandu acara dihalaman
menjelang memasuki rumah orang tua pengantin perempuan.
Selanjutnya, pihak beru pengantin laki-laki menyerahkan oleh-oleh yaitu makanan yang disebut
nakan luah.
Kemudian pihak pengantin perempuan menyerahkan makanan ringan berupa pinahpah, tepung
beras atau nditak, piasang dan tebu. Acara ini disebut merdohom.
Setelah itu dilakukan bagi yang beragam islam pemberkatan akad nikah sebelum acara makan
bersama dan acara adat dilaksanakan. Selanjutnya membicarakan mas kawin.
Pertama diselesaikan dalah mas kawin untuk sukkut selanjutnya kepada pihak-pihak lain seperti
disebut terdahulu. Sebelum menerima mas kawin orang tua pengantin laki-laki telah menyediakan
minuman yang di ramu di dalam cawan yang terdiri dari air beras dan asam jeruk nipis.
Kemudian diminumkan beserta keluarga dekat sambil berkata "minumlah kiranya sembuhlah
segala yang sakit, sakit hati, sakit mendenyut. Selanjutnya sebelum menerima mas kawin secara
bergilir semua pihak pangantin perempuan terlebih dahulu menyerahkan adatnya yang disebut
penjukuti (Hewan ternak, beras, kembal, tikar, sumpit, ditak, pinahpah, lemang, tebu, dan pisang).
Hal biasa yang dilakukan orang tua pengantin perempuan sebelum menerima mas kawin adalah
dengan mengajukan permintaan khusus ibu pengantin perempuan yang disebut dengan gedo
gedo. Biasanya gedo-gedo ini berupa emas dan berapa besarnya tergantung kepada pihak orang
tua laki-laki dan proses tawar-menawar. Pada saat menerima mas kawin, si ibu pengantin
perempuan berdiri sambil mengucapkan kata-kata : "enmo tuhu enggo kujalo tokor berungku, asa
ndates moberita kelangku deket berungku, meranak merberu beak gabe, ncayur tua" (inilah sudah
kuterima mas kawin putriku kiranya makin dikenal mayarakatlah kabar menantu dan putriku
lahirlah anak laki-laki dan perempuan, terpandang dan berumur panjang).
- Balik Ulbas
Balik Ulbas berarti kembali menapak jejak. Kata Ulbas sering diistilahkan untuk jejak hewan
buruan, jadi pengertian Balik Ulbas ini digambarkan kepada laki-laki sebagai pemburu pada
upacara perkawinan sinima-nima, pengantin setelah pesta usai, tinggal dirumah orang tua
perempuan selama dua hingga empat hari, selama itu pulalah pengantin laki-laki menikmati
suasana berbulan madu, proses inilah yang dimaksud Balik Ulbas.
Selain itu bilamana pada saat pesta masih ada kewajiban orang tua laki-laki untuk dibayar pada
saat Balik Ulbas maka hal itu juga harus di bawa.
buruan, jadi pengertian Balik Ulbas ini digambarkan kepada laki-laki sebagai pemburu pada
upacara perkawinan sinima-nima, pengantin setelah pesta usai, tinggal dirumah orang tua
perempuan selama dua hingga empat hari, selama itu pulalah pengantin laki-laki menikmati
suasana berbulan madu, proses inilah yang dimaksud Balik Ulbas.
Selain itu bilamana pada saat pesta masih ada kewajiban orang tua laki-laki untuk dibayar pada
saat Balik Ulbas maka hal itu juga harus di bawa.
2. Sohom-sohom, upacaranya sederhana dan dihadiri keluarga terdekat saja, semua unsur adat
terpenuhi tetapi secara ekonomi lebih kecil.
3. Menama, disini pihak keluarga perempuan tidak setuju, sehingga dicari jalan lain dengan kawin
lari, sehingga sebagai tanda rasa bersalah pengantin cukup membawa makanan (Nakan Sada
Mbari) sebagai tanda minta maaf dan pada suatu saat nanti mereka akan mengadati.
4. Mengrampas, artinya mengambil paksa isteri orang lain, sanksi untuk laki-laki adalah membayar
mas kawin yang tidak mempunyai batasan.
5. Mencukung, hampir sama dengan mengrampas.
6. Mengeke, mengawini janda dari abang atau adik laki-laki.
7. Mengalih, seorang laki-laki mengawini janda baik bekas istri abang atau adiknya maupun istri
orang lain.
Batak | Cerita Batak | Sejarah Batak | Batak Pakpak | Batak Toba | Batak Karo | Batak Mandailing | Batak Simalungun | Batak Angkola | Sejarah Batak | Lagu Batak | Perkawinan Batak | Pernikahan Batak | Adat Batak | Tentang Batak | Foto Batak | Tarian Batak | Pakaian Batak | Ulos Batak | Artikel Batak | Kami Batak
Batak | Cerita Batak | Sejarah Batak | Batak Pakpak | Batak Toba | Batak Karo | Batak Mandailing | Batak Simalungun | Batak Angkola | Sejarah Batak | Lagu Batak | Perkawinan Batak | Pernikahan Batak | Adat Batak | Tentang Batak | Foto Batak | Tarian Batak | Pakaian Batak | Ulos Batak | Artikel Batak | Kami Batak
Post a Comment