1. Ulos Antak Antak
|
Ulos Antak Antak |
Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit/ hohop hohop pada waktu acara manortor (menari).
2. Ulos Bintang Maratur
|
Ulos Bintang Maratur |
Ulos ini merupakan ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba, yakni:
Kepada anak yang memasuki rumah baru. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru di anggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut dianggap sebagai suatu berkat dari Tuhan yang Maha Esa yang disertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan.
Orang Batak yang tinggal dan menetap di berbagai puak/horja di sekitar Tapanuli telah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Walaupun konsep dan pemahaman tentang adat itu secara umum adalah sama, namun pada hal-hal tertentu ada kalanya memiliki perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adat yang ada sejak turun temurun. Oleh karena itu pemberian Ulos Bintang Maratur khusus di daerah Silindung diberikan kepada orang yang sedang bergembira dalam hal ini sewaktu menempati atau meresmikan rumah baru.
Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hula-hula kepada anaknya. Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai Parompa (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran anak yang selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.
3. Ulos Bolean
|
Ulos Bolean |
Ulos ini biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
4. Ulos Mangiring
|
Ulos Mangiring |
Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini dipakai sebagai selendang, tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak diiringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai Parompa (alat gendong) untuk anak.
Ulos ini juga dapat dipakai sebagai pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki. Bagi kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu upacara "Mampe Goar" (Pembaptisan Anak) Ulos ini juga dapat dipakai sebagai bulang-bulang, diberikan pihak hula-hula kepada menantu.
5. Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu
|
Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu |
Dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang untuk menghadiri acara yang suka cita.
6. Ulos Pinuncaan
|
Ulos Pinuncaan |
Ulos ini terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu ulos. Kegunaannya antara lain :
Di pakai dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita maupun suka cita, dalam acara adat ulos ini di pakai/ di sandang oleh Raja Raja Adat.
Di pakai oleh Rakyat Biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat dipakai oleh suhut Sihabolonon/ Hasuhuton (tuan rumah).
Kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran (kelompok istri dari golongan hula-hula), ulos ini juga dipakai/ di lilit sebagai kain/ hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton (tuan rumah).
Ulos ini juga berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan. Ulos Passamot di berikan oleh Orang tua pengenatin perempuan (Hula-hula) kepada ke dua orang tua pangantin dari pihak laki-laki (Pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.
7. Ulos Ragi Hotang
|
Ulos Ragi Hotang |
Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau diperistri oleh laki-laki yang telah disebut sebagai "Hela" (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan Mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.
8. Ulos Ragi Huting
|
Ulos Ragi Huting |
Ulos ini sekarang sudah jarang dipakai, konon pada jaman dulu sebelum Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang dililitkan di dada (Hoba Hoba) yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.
9. Ulos Sibolang Rasta Pamontari
|
Ulos Sibolang Rasta Pamontari |
Ulos ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada jaman sekarang, Ulos Sibolang bisa dikatakan sebagai simbol Duka Cita, yang dipakai sebagai Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tapi belum punya cucu) dan di pakai juga sebagai Ulos Tujung untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini dipergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
10. Ulos Si Bunga Umbasang dan Ulos Simpar
|
Ulos Si Bunga Umbasang dan Ulos Simpar |
Ulos ini secara umum hanya berfungsi dan di pakai sebagai Selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang disebut sebagai Panoropi (Yang Meramaikan).
11. Ulos Sitolu Tuho
|
Ulos Sitolu Tuho |
Ulos ini di fungsikan atau dipakai sebagai ikat kepala atau selendang untuk acara duka cita. Tidak mempunyai makna adat kecuali bila diberikan kepada seorang anak yang baru lahir sebagai ulos Parompa. Jenis Ulos ini dapat dipakai sebagai tambahan, yang dalam istilah adat batak dikatakan sebagai Ulos Panoropi yang diberikan Hula-hula kepada Boru yang sudah terhitung keluarga jauh. Disebut Sitolu Tuho karena raginya/ coraknya berjejer tiga, merupakan "Tuho" atau "Tugal" yang biasanya dipakai untuk melubang tanah guna menanam benih.
12. Ulos Suri-suri Ganjang
|
Ulos Suri-suri Ganjang |
Disebut Ulos Suri-suri Ganjang (biasanya orang Batak hanya menyebutnya Ulos Suri-suri) karena coraknya berbentuk sisir memanjang.
Ulos ini dipakai sebagai Hande-hande (Selendang) pada waktu Margondang (Menari dengan alunan musik Batak) dan juga di pergunakan oleh pihak Hula-hula (orangtua dari pihak istri) untuk manggabei (memberikan berkat) kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos Gabe-gabe (Berkat).
Ulos ini juga sering dipakai kaum wanita sebagai Sabe-sabe. Keistimewaan Ulos ini adalah panjangnya yang melebihi Ulos biasa. Bila dipakai sebagai ampe-ampe bisa mencapai dua kali lilit pada bahu kiri dan kanan sehingga si pemakai seakan mengenakan dua Ulos.
13. Ulos Simarinjam Sisi
|
Ulos Simarinjam Sisi |
Dipakai dan difungsikan sebagai kain dan juga di lengkapi dengan Ulos Pinunca yang di sandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani (Mendahului di depan). Yang memakai ulos ini adalah satu orang yang berada paling depan.
14. Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan
|
Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan |
Pada jaman dahulu dipakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan di Saput (Diselimutkan, dibentangkan kepada jasad) dengan ulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya di sebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.
15. Ulos Tumtuman
|
Ulos Tumtuman |
Dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak pertama dari Hasuhutan (Tuan Rumah). Dan biasanya juga diberikan untuk tali-tali kepala orang yang dihormati dan berjasa buat suku Batak Toba.
16. Ulos Tutur Tutur
|
Ulos Tutur Tutur |
Ulos ini dipakai sebagai tali-tali (ikat kepala) dan sebagai Hande-hande (Selendang) yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).
Batak | Cerita Batak | Sejarah Batak | Batak Pakpak | Batak Toba | Batak Karo | Batak Mandailing | Batak Simalungun | Batak Angkola | Sejarah Batak | Lagu Batak | Perkawinan Batak | Pernikahan Batak | Adat Batak | Tentang Batak | Foto Batak | Tarian Batak | Pakaian Batak | Ulos Batak | Artikel Batak | Kami Batak
Post a Comment